Merupakan sebuah blogg, yang berisikan kumpulan renungan-renungan dan tulisan-tulusan yang bermuatan Teologia, yang ditulis dan ditujukan bagi kaum muda (secara khusus), maupun segala umur. dengan satu harapan mampu membangun iman dan menjadi berkat setiap pembacanya. renungan ini dibangun dengan dasar alkitabiah(Injili), sehingga mampu Berakar didalam Kristus, Bertumbuh Bersama Kristus, dan Berbuah bagi Kristus. "GENERASI MUDA BAGI KRITUS"
Kamis, 06 September 2012
andhe bless: Ciri Khas Kasih (Roma 12:9-13)
andhe bless: Ciri Khas Kasih (Roma 12:9-13): Roma 12:12”bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa” Banyak orang menye...
Ciri Khas Kasih (Roma 12:9-13)
Roma
12:12”bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa”
Banyak orang
menyebut dirinya penuh dengan kasih, dalam kehidupannya sudah mempraktekkan
kasih, dll. Sering kita dengar bahwa ada seorang dermawan yang telah
membagi-bagikan paket sembako kepada sekelompok golongan masyarakat tertentu,
dengan satu tujuan supaya ia disebut orang yang penuh kasih. Atau dari sisi
yang lain, seseorang yang dengan penuh keyakinan mengaku dihadapan banyak orang
jikalau ia mangasihi Allah dengan segenap hati, namun dibalik itu ia mambenci
saudaranya sendiri. Bukan itu yang dimaksud dengan kasih.
Bagaimana ciri kasih itu, yang sesuai
dengan Firman Allah??? mari kita lihat hakekat/ ciri kasih itu berdasarkan
surat Roma 12:9-13.
Dilihat dari segi tata bahasa, istilah
“kasih” merupakan pokok utama dalam
perikop ini, ciri kasih yang pertama
ialah; “hendaklah kasih itu jangan
pura-pura”, jangan sampai disaat kita menikmati sebuah pelayanan yang baik
karena karunia-karuia rohani yang kita miliki, kita jadi terperangkap kedalam
suatu kemunafikan, dimana hanya pura-pura melayani saja. Didalam ayat ini juga
ditekankan untuk “membenci yang jahat” hal
ini membuktikan bahwa kasih yang sejati. Karena yang jahat harus dibenci,
jikalau tidak dilawan, maka apa yang jahat menghancurkan apa yang baik.
Yang kedua, “saling mengasihi sebagai saudara dan saling
mendahului memberi hormat,” sebagai
orang yang sudah dibenarkan karena iman, kita sudah menjadi saudara-saudara
seiman, rasul Paulus memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan “saudara seiman” ialah suasana kehidupan
jemaat, yang sudah sama seperti keluarga yang akrab. Dimana saling mengasihi
sama seperti seorang ibu yang mengasihi anaknya, atau kasih antara saudara
kandung. Buakan hanya itu saja menalinkan juga juga “saling memberi hormat,”dimana setiap anggota jemaatsaling
manghargai anggota-anggota yang lain.
Yang ketiga, “jangan hendaknya kerajinanmu kendor...”orang
yang m,alakukan kehendak Allah, yaitu orangt-orang yang diubahkan melalui
pembaharuan pikiran, maka tidak akan menjadi malas. Tuhan Yesus aja tidak
pernah malas menyediakan kemurahanNya buat kita. Semanagat dalam penyembahan,
dan juga melayani Tuhan. Kata “layanilah”
“δουλευω/ douleuo” merupakan satu kelompok dengan istilah “δουλος/ doulos” yang diartikan “Budak,”
maka dalam ayat ini juga bisa diartikan sebagai “jadilah budak daipada Tuhan”
Yang keempat,
jelas sekalai dalam ayat 12 dikatakan “bersukacita
dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam doa!” kita
yang sudah dipindahkan kedalam Kristus masih mengalami kesesakan, namun disaat
pengharapan kiya diuraikan, maka dengan iaman kita bersukacita dalam
pengharapan. Dan setiap kita yang berpegang teguh pada pengharapan kita, pasti
dapat bersabar dalam kesesakan, dan dalam ayat ini juga menghimbau agar tetap
bertekun dalam doa, karena doa yang dilaksanakan secara rahasia marupakan iaman
yang menjadi kelihatan. Bukan sebatas itu saja sebagai ciri kasih dituntut juga
untuk memperhatikan sekeliling kita.
Kasih merupakan hal yang utama dalam
kehidupan kekristenan, dimana kasih itu jangan pura-pura, saling mengasihi, mau
melayani Tuhan, bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan, dan tetap
bertekun dalam doa.
Bagaimana dengan saudara-saudara
semua, sudahkan hakekat kasih itu sudah menjadi bagaian dalam kehidupan kita
sehari-hari? Maribersama-sama kita berlomba untuk saling mengasihi, terlebih
mengasihi Tuhan terlebih dahulu, dan juga mengasihi sesama kita. Biaarlah perjalanan
kedewasaan kerohanian kita diwarnai dengan kasih yang sejati. God Bless
Rabu, 05 September 2012
Pandangan Dari Atas (Lukas 15:17-23)
Luk 15:19-20 “aku
tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang
upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh,
ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya
itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.”
Saya selalu
senang dan sangat suka dengan kisah dari si anak yang hilang. Ada satu hal yang
membuat saya ingin tau mengenai pandangan bapanya tentang anak itu, karena
cerita ini menggambarkan/mencerminkan pandangan Tuhan mengenai kita. Mata Tuhan
selalu terpaku pada kita, disaat kita masih jauhpun Ia merindukan kita datang
kehadapanNya.
Banyak
sekali kita jumpai saat ini, orang-orang yang jauh dari hadapan Tuhan, bahkan
aktifis dalam gerejapun ikut tergiur dengan cara hidup dunia, bersenang-senang,
pesta pora, dan hanya memuaskan keinginan hatinya saja. Bagaimana dengan
kehidupan saudara saat ini? Apakah saudara sedang berjalan membelakangi Tuhan,
ataukah saudara berjalan menuju hadapan Tuhan?
Dalam
Injil Lukas 15:17-23 sangat menarik sekali, seorang bapa melihat anaknya yang telah
pergi jauh dari kehidupannya, yang telah mengecewakannya, bahkan melupakan
bapanya. Namun, kasih seorang bapa terhadap anaknya tidak dibatasi dengan segala
pelanggaran ankanya, Bapa yang mau menerima anaknya dalam kondisi apapun.
Kembali kepada
teks, dimana bapak itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Kata si bungsu kepada bapanya; “Bapa, aku
telah bedosa terhadap sorga dan Terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut
abak bapa” tetapi bapaknya berkata kepaa hamba-hambanya “Cepat bawa kemari jubah yang terbaik,
pakaiakan kepadanya dan kenakanlah sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu
tambun dan marilah kita makan dan bersukacita.” Memang suatu cara pandang
yang berbeda, Seorang bapa yang begitu merindukan anaknya kembali kepadanya. Seorang
bapa yang menyambut kedatanagan anaknya dengan sesuatu yang terbaik dari yang
dimilikinya.
Demikian
Bapa kita disurga, Ia dengan senag hati menyambut setiap anaknya yang terhilang
daripadanya. Allah itu setia dan adil. Setiap orang yang mengaku dosanya Tuhan
akan mengampuni dan menyuikan dari dosa dan kejahatan. Jikalau anak yang bungsu
itu diterima kembali dengan apa adanya, demikian Tuhan kita Yesus Kristus atas
setiap anak-anakNya, Tuhan selalu memberi kesempatan yang kedua bagi kita yang
percaya kepadaNya. God Bless
Ku Mau Hidup Secara Vertikal (Kejadian 5:18-24)
Kejadian
5:24 “Dan Henokh hidup bergaul dengan
Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.”
Saudara
pernah naik roller coaster??? Mainan ini sering dijumpai di pasar malam, atau
wahana-wahana permainan. Ada yang menarik saudara, jikalau diperhatikan dengan
baik maianan ini sesaat malaju dengan kencang naik keatas, namun juga ada
saatnya untuk turun dengan kecepatan tinggi, yang lebih lagi dimana maianan ini
hanya memutar seperti itu seterusnya. Begitu juga dalam kehidupan kita, sering
kita jumpai bahwa perjalanan kehidupan kita hanya mutar-mutar tanpa arah yang
jelas, kalau saudara ingin berhenti naik roller
coaster dalam kehidupan kekristenanmu, kalau ingin menang terhadap godaan,
kalau ingin mengalahkan dosa dalam kehidupanmu, maka arah yang kita ambil ialah
arah vertikal. Kuncinya ialah kehidupan vertikal.
Apasih
kehidupan vertikal itu? Kehidupan vertikal itu sama halnya seseorang yang ingin
membuktikan adanya kandungan listrik pada suatu kilat dengan menaikkan
layang-layang ke awan, bukan mengapungkan perahu diatas air danau. Kehidupan vertikal
membuka jalan kepada kehidupan Kristus sendiri, yaitu hidup “didalam Roh”,
berjalan bersama Allah (Rm. 8:9-11).
Ada beberapa
ayat dalam PL mengenai sosok perintis dalam kehidupan vertikal, ia adalah
Henokh (Kej.5:18-24),ia hidup lama sebelum sepuluh perintah Tuhan diberikan,
lama sebelum Yesus lahir, Yesus Mati, Yesus bangkit, lama sebelum Roh Kudus
diutus untuk tinggal dalam hati orang-orang percaya, Henokh sudah “hidup bergaul dengan Allah” (Kej 5:24),
yangmenjadi pertanyaannnya, gimana Henokh melakukannya? Padahal saat itu dunia
begitu jahat, seperti sekarang ini. Henokh tidak punya Alkitab, tidak punya
buku-buku rohani, tidak punya Mp3 rohani, tidak ada persekutuan pemuda, bahkan
saat cicitnya mulai dewasa, Allah membinasakan dunia dengan air bah, karena
penuh dengan dosa.
Henokh
merupakan figur yang sangat luar biasa, ia tidak membiarkan rintangan-rintangan
yang ada, ia menetapkan hati untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
menjalani kehidupan vertikal. Dikatakan dalam Alkitab bahwa ia bergaul dengan
Allah 300 tahun lamanya. Namun, dapat
kita ketahui saudara, bahwa hasil dari kehidupan vertikalnya dengan Allah, Henokh
mengalami sukacita, damai sejahtera, dan kemenangan atas dosa. Bahkan Allah
memberikan tiket eksklusif “langsung masuk kesurga; tidak perlu melalui
kematian”
Itulah
Henokh yang membangun hubungan vertikal dengan Allah, ia melakukannya
ditengah-tengah keadaan yang secara manusia tidak memungkinkan, dalam kondisi
yang sulit pada waktu itu. Bagaimana dengan kita pada saat ini?
Ada
kabar baik saudara, dimana saya dan saudara semua bisa menjadi seperti Henokh,
mungkin memang tidak dapat tiket eksklusif kesurga, melainkan bisa menjalani
kehidupan vertikal itu, dengan memperhatikan juga rintangan-rintangan,
langkah-langkah, dan juga upah dari kehidupan vertikal.
Mari
saudara, mengambil waktu sejenak untuk mengatakan kepada Allah tentang setiap
rintangan, dan minta kepada Allah menunjukkan kepada kita bagaimana mengatasinya
dalam keseharian kita. Supaya kita dapat hidup secara vertikal, atau bergaul
dengan Allah, melibatkan Allah daam segala aktifitas kita, segala keperluan
kita, segala rencana/ planing kita, terlebih masa depan kita. God Bless
Bertekun dalam Kesulitan (Yakobus 1:2-4)
Yakobus 1:4 “ Dan biarkanlah ketekunan itu
memperoleh buah yang matang, supaya kamu mejadi sempurna dan utuh dan tak
kekurangan suatu apapun”
Beberapa
waktu lalu seorang mengadakan perjalanan touring ke merapi, pemandangan yang
tidak asing, hanyalah sisa-sisa bangunan, dan padang pasir beserta bebatuan
hasil dari erupsi merapi Oktober 2011
silam. Smua tinggal kenangan, yang dulunya sauatu desa yang makmur, kini
tinggal cerita, karena tidak ada yang menetap lagi tinggal disana. namun ada
suatu pemandangan yang lain yang menggugah hati saya, disepanjang jalan, bahkan
tempat-tempat yang strategis mereka menulis semangat mereka “kami bisa bangkit,” dalam kondisi yang
slit sekali diterima, mereka kehilangan semua harta beda mereka, bahkan tidak
punya tempat tinggal lagi, tetapi jiwa mereka masih punya semangat yang tinggi
untuk bangkit dari keberadaan mereka, bahkan yang sangat mengesankan bahwa mereka
mau bertekun dalam kesulitan mereka, untuk meyambung roda kehidupan.
Bagaimana
kondisi saudara saat ini? Dalam keadaan sulitkah? Yakobus dalam tulisaannya
memeberikan semangat lebih bagi saya dan saudara saat ini, apapun kondisi kita
saat ini.
Yakobus
menulkiskan dalam suratnya “Saudara-saudaraku,
anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh . . .” bukan suatu
hal yang mudah, untuk memahami ayat Firman Tuhan ini, perlu pemahaman khusus.
Mari kita renuangkan bersama-sama, pada dasarnya surat ini ditujukan kepada
keduabelas sukau di perantauan (orang-orang Yahudi yang tinggal di Palistina),
dengan maksud memberi nasihat dan penghiburan kepada orang Percaya (Kristen)
yang menagalami pencobaan, kesusahan dan hukuman karena iman Kristen.
Kata
“anggaplah (pencobaan) sebagai suatu kebahagiaan.” Kata-kata ini jikalau kita
dengar mungkin saja sangat mengherankan, bahkan megejutkan kita para pembaca,
bahkan sebagai orang percaya. Bukankan biasanya yang kita rasakan ialah
bersedih hati? Atau murung mungkin, merenung, bahkan sampai depresi tingkat
tinggi ketika sedangmenghadapi pencobaan.
Nah’ . . . kita perlu mencoba resep dari Yakobus itu !
Mengapa
kita harus menganggap pencobaan sebagai suatu kebahagiaan? Karena pencobaan itu
dapat diubah mejadi berkat secara rohani. Dalam ayat yang 3-4 “Ujian terhadap amanmu menghasilkan
ketekunan. Dan biarkan ketekunan itu memperoleh buah yang matang . . .”
sebagai oranbg percaya diman suatu penconbaan yang datang itu pada dasarnya
meguji ketekunan kita dihadapan Tuhan, apakah kita terhanyut dalam pencobaan
itu, ataukah kita mejadi tekun melalui pencobaan itu, pada hakekatnya Allah
menrindukan kita untuk bertekun disaat menghadapi persoalan itu, sebab ada
janji yang akan kita terima dibalik ketekunan itu, supaya kita memperoleh buah
yang matang, hal ini merbicara megenai berkat rohani bagi kehidupan kita, bukan
hanya itu saja, bahkan kita menjadi sempurna dan utuk dan tak kekurangan sauatu
apapun. Berkat yang luar biasa bukan?
Itulah
berkat darai sebuah ketekuan sauadara,
bagaiaman dengan keberadaan kita saat ini? Masih tetap berkecimpung
dengan percobaan itu, atau bahkan kita malah ikut terhanyat dama
pencobaan-pencobaan yang kita hadapai. Saudara perlu kita ketahuai bahwa Tuhan
sendiripunya rencana yang indah dibalik segala keberadaan kita saat ini, Tuhan
mampu mengubahkan padang gurun menjadi, mata air. Bertekun didalam Tuhan, maka
Tuhan sendiri yang akan berikan jalan keluar bagi setiap pergumulan kita saat
ini, bahkan ada janji Berkat dari padaNya bagi kita yang mau bertekun dalam
kesulitan. God Bless
MAKNA KEBANGKITAN KRISTUS BAGI ORANG KRISTEN
Kristus Yesus bangkit dan
hidup kembali pada hari ke tiga sesudah kematian tubuh-Nya di kayu salib.
Kebangkitan
Kristus Yesus dari kematian adalah
peristiwa ketika Yesus Kristus yang secara fisik telah mati hidup
kembali mengalahkan kematian. Tubuh kebangkitan Kristus meski berbeda
dari tubuh lama-Nya, namun masih memiliki kaitan dengan yang lama karena ,
misalnya rupa-Nya masih sama sehingga bisa dikenal oleh para murid-Nya
dan bekas luka di tangan-Nya masih ada (Yoh. 20:25-28).
Kebangkitan Kristus dari kematian
amatlah penting bagi orang Kristen, karena memberikan status hukum kebenaran di
hadapan Allah (Rom. 4:24-25), memperlihatkan betapa hebat-Nya kuasa dalam diri
orang Kristen (Ef. 1:18-20), dan memberikan kehidupan penuh harapan (1Pet.
1:3-4).
- KEBANGKITAN KRISTUS
MENGHASILKAN KEBENARAN KITA (Rom. 4:23-25) "Kata-kata ini, yaitu
"hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham
saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah
memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah
membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu
Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan
karena pembenaran kita. (Rom 4:23-25 ITB).
- Kebenaran di sini secara
theologis merupakan status hukum (judicial) yang Allah, selaku Hakim Maha
Adil, anugerahkan kepada kita.
- Kebenaran merupakan antonim /
kebalikan dari vonis bersalah / berdosa dengan segala hukumannya yang
Allah selaku Hakim Maha Adil nyatakan kepada manusia.
- Kebenaran menunjukkan keadaan
hubungan kita dengan Allah, yakni Dia memandang kita bukan sebagai orang
berdosa / bersalah yang patut dihukum, tetapi sebagai orang benar /
tidak bersalah (meskipun dalam kenyataannya secara moral kita telah
berdosa/bersalah).
- Kebenaran kita merupakan karya
kebangkitan Kristus Yesus dari kematian.
- Kita dibenarkan bukan karena
hasil usaha, perbuatan, dan kebaikan kita.
- Kita dibenarkan karena karya
kebangkitan Kristus dari kematian.
- Jika kematian-Nya di kayu
salib terjadi karena dosa kejahatan kita, maka kebangkitan-Nya dari
kematian terjadi karena / demi pembenaran kita.
- Cara kita mendapatkan
kebenaran adalah dengan iman / percaya kepada Dia yang telah
membangkitkan Kristus Yesus. "... karena kita percaya kepada Dia,
yang telah membangkitkan Yesus, ..."
- Secara subjektif iman
(pistis) adalah sikap hati tanpa keraguan sedikitpun dalam berharap
dengan penuh kesetiaan hanya pada janji Allah dan kuasa-Nya dalam
mewujudkan janji-Nya itu bagi kita (band. Rom. 4:18-22).
- Secara objektif iman (pistis)
kita tertuju kepada Dia yang telah membangkitkan Kristus dari kematian
dan janji-Nya bahwa kebenaran hanyalah oleh iman dalam Kristus Yesus
saja (Rom 3:22).
- Hasil dari kebenaran dalam
Kristus
- Kita hidup dalam damai
sejahtera dengan Allah (Rom. 5:1)
- Kita pasti diselamatkan dari
murka Allah (Rom. 5:9)
- Kita kelak pasti menerima
kemuliaan Allah (Rom. 5:2).
- KEBANGKITAN KRISTUS MEMBERIKAN
KEHIDUPAN BARU KITA (1Pe 1:3-7) Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan
kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan
kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada
suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang
tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang
tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam
kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang
telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan
hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh
berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk
membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada
emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu
memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus
Kristus menyatakan diri-Nya.
- Kebangkitan Kristus memberikan
hidup yang penuh harapan.
- Karena Kristus telah bangkit
mengalahkan kematian, maka kehidupan orang Kristen tidak berakhir pada
saat kematian tubuhnya.
- Karena Kristus telah bangkit
mengalahkan kematian, maka orang Kristen memiliki harapan untuk memiliki
suatu harta kekayaan yang abadi, yang tidak dapat binasa, tidak dapat
cemar, dan tidak dapat layu, yang tersimpan di surga (1Pet. 1:4).
- Kebangkitan Kristus dari
kematian memberikan kehidupan baru bagi orang percaya.
- Karena kebangkitan-Nya, orang
Kristen memiliki kehidupan baru.
- Kehidupan baru ini bukanlah
sekedar pembaharuan dari kehidupan yang sudah ada sebelumnya, tetapi
secara substansil sama sekali baru (band. Yeh. 11:19;
36:36).
- Kehidupan baru ini terjadi
secara supraalami ketika, oleh iman, Roh Kudus mempersatukan kita dalam
kematian dan kebangkitan Kristus (Rom. 6:1-11).
- Karena kebangkitan-Nya, Orang
Kristen akan memiliki tubuh baru.
- Kebangkitan-Nya menjadi
prototipe kebangkitan orang-orang percaya. Dia disebut sebagai anak
sulung (Kol. 1:18; Why. 1:5). Ini berarti Dia yang pertama memiliki
tubuh kebangkitan abadi. Tubuh kebangkitan orang percaya akan baru
seperti tubuh Kristus (1Yoh. 3:2) yang berbeda dari tubuh lama (1Kor.
15:35-41). Berdasarkan 1 Yohanes 3, ini berarti tubuh kebangkitan
bersifat murni (ay. 3), tanpa dosa (ay. 5), dan benar (ay.
7).
- Tubuh baru akan kita miliki
dalam sekejap ketika Kristus Yesus datang di awan-awan untuk menjemput
dan mengangkat kita (1Kor. 15:51-52; 1Tes. 4:16-17).
- Respon kita terhadap karya
kebangkitan Kristus yang memberikan kehidupan penuh harapan.
- Kita harus memuji Dia (1Pet.
1:3).
- Kita harus bertumbuh dalam
iman, terutama ketika menghadapi penderitaan (1Pet. 1:5-7).
- KEBANGKITAN KRISTUS
MEMPERLIHATKAN KEHEBATAN KUASA KITA (Ef. 1:18-20) Dan supaya Ia menjadikan mata
hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam
panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi
orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya,
sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus
dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di
sebelah kanan-Nya di sorga, (Eph 1:18-20 ITB).
- Kuasa kebangkitan Kristus dari
kematian itu maha hebat.
- Kuasa kebangkitan Kristus ada
pada orang percaya.
- Kuasa (dynamis) mengandung
arti kapasitas atau kemampuan untuk melakukan atau mempengaruhi
sesuatu/orang.
- Kuasa itu diberikan pada saat
pertobatan (band. Kol. 2:11-12; 1Pet. 3:21). Kuasa yang ada
pada orang percaya amat dahsyat dan diasosiasikan dengan kehadiran Roh
Kudus di dalam diri orang percaya (band. Kis. 1:8).
- Allah ingin kita hidup dalam
kuasa kebangkitan Kristus (1:17).
- Roh Allah ini agar kita
mengerti kehebatan kuasa-Nya bagi kita yang percaya. Kata “mengerti” (eido
dan sinonim dengan epignosis, Ef. 1:17) bukan sekedar mengetahui
secara intelektual kuasa itu, tetapi juga bermakna memberikan perhatian
untuk mengenalnya hingga akrab dalam pengalaman nyata.
- Kuasa kebangkitan Kristus
yang ada pada kita dimaksudkan untuk menjalan kehidupan kekristenan kita
secara benar (band. Rom. 8:11-13; Fil. 2:12-13; 4:13; Ed. 3:20; 6:10).
- Cara kita untuk mengenal dan
hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus adalah dengan berdoa tak
henti-henti-Nya (Ef. 1:15-17).
- Berdoa dengan ucapan
syukur.
- Berdoa dengan ketekunan /
terus menerus.
- Berdoa dengan permohonan.
- Hasil dari hidup dalam kuasa
kebangkitan Kristus adalah Allah akan meninggikan dan mempermuliakan
kita, sebagaimana (meskipun tidak sama) Dia meninggikan dan
memuliakan Kristus di sebelah kanan-Nya (Ef. 1:20).
Kesimpulan
/ Penerapan
- Karena Kristus Yesus telah
bangkit mengalahkan kematian, maka kita bisa mendapatkan kehidupan yang
benar dan berkenan di hati Allah, kita memiliki kuasa yang dahsyat dalam
menjalan kehidupan kekristenan, dan kita memiliki masa depan yang
penuh kemuliaan.
- Mintalah dalam ketekunan doa
agar Roh Kudus mememberikan hikmat-Nya kepada kita untuk bisa hidup dalam
kuasa kebangkitan Kristus.
Langganan:
Postingan (Atom)