Jumat, 24 Januari 2014

KEKHASAN SOTERIOLOGI DARI SURAT KIRIMAN YOHANES


PERAN ALLAH BAPA DALAM KARYA KESELAMATAN
Allah sangat dominan dalam surat-surat Yohanes, kata “Allah” dipakai enam puluh tujuh kali, dan “Bapa” delapan belas kali, enam belas diantaranya merujuk kepada Allah. begitu seringnya Allah disebut dalam surat ini. Selain daripada itu ada juga hal-hal yang ditekankan, “Allah adalah terang” (1 Yoh. 1:5), dan “Allah adalah kasih” (4:8, 16).

Hubungan Allah dengan Kristus
Hubungan Allah dengan Kristus dan hubungan Allah dengan umatNya menjadi central pembahasan dalam karya keselamatan bagi orang percaya. Dimana kata “Anak Allah” berulang kali disebut dalm surat ini (misalnya 1 Yoh 3:8; 4:9, 15; 5:5, 10). Dengan arti lain bahwa frase ini sangatlah penting, dimana melalui pernyataan- pernyataan ini dapat diketahui bagaimana hubungan Yesus dengan Bapa. Dalam pasal I Yohanes 5: 10 “Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.” Allah berbicara mengenai kesaksian yang diberikan Allah tentang AnakNya, dalam hal ini dapat diketahui bahwa memberikan kesaksian itu mengikat orang dan bahwa sang penulis surat ini mempunyai gagasan yang berani bahwa Allah mengikatkan diri pada Yesus.[1] Didalam I Yohanes 2:23 gagasan ini semakin dipertegas lagi, jikalau meyangkal Anak berarti tidak memiliki Bapa, sedangkan mengakui Anak berarti memiliki Bapa. Berjalan menurut kemauan kita sendiri, sehingga kita tidak lagi memiliki ajaran Anak berarti seseorang tidak memiliki Allah, sebaliknya tinggal dalam ajaran-ajaran Anak berarti memiliki Bapa maupun Anak (II Yohanes 9), sebab dapat diketahui bahwa Bapa sendirlah yang mengutus AnakNya yang tunggal kedalam dunia (1 Yoh. 4:9-10)

Hubungan Allah dengan UmatNya
Dengan jelas dalam surat Yohanes kasih Allah dinyatakan melalui tulisan Yohanes, sebagai contohnya dalam 1 Yohanes 2: 5.“ Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.”, melalui nats Firman Tuhan ini jelas sekali bahwa “Allah adalah Kasih”  (1 Yoh. 4: 8, 16). Sebagai orang percaya yang mampu mengenal kasih, bukan dari kasih orang percaya kepada Allah melainkan dari kasihNya kepada orang percaya dengan mengutus AnakNya sebagi pendamai bagi dosa-dosa kita (1 Yoh. 4:10).
Dalam surat 1 Yohanes 4:4 “Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.” Pernyataan dalam nats ini memberi penekanan bahwa seseorang itu pada hakikatnya berasal “dari Allah”, hal ini didukung dengan beberapa nats lain ( I Yoh. 5:19; III Yoh 1:1). Satu hal yang lain bahwa seseorang yang percaya tetap dituntut untuk “tetap berada” didalam Allah (I Yohanes 4: 16),fase ini memberikan penekanan bahwa orang percaya tidak bisa lepas dari Allah.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Allah Bapa sendiri sangat berperan banyak dalam karya keselamatan bagi orang-orang yang percaya kepada Dia. Jikalau tanpa Allah Bapa, barang kali belum ada jalan keselamatan itu. Apalagi hal kerajaan surga. Melalaui karya Bapa disurga yang begitu luar biasa, dengan itu seseorang memperoleh jalan keselamatan, bahkan mendapatkan kerajaan Surga.
Serahkanlah hidupmu kepada Allah Bapa yang dapat mengubahkan hidupmu menjadi berharga, menjadi berarti dan menjadikan indah di dalam kemuliaan gambaran Tuhan yang agung. Allah telah berjanji dan Dia tidak akan pernah mengingkarinya. Percayakepada Dia bahwa Ia dapat dan akan memperbaharui dan menjadikan seseorang hidup baru.


PERAN YESUS KRISTUS DALAM KARYA PENYELAMATAN
Dalam konteks penulisan surat ini, penulis menghadapi munsuh yang sangat kuat, sebagian dari kelompok ini berasal dari orang yang pecaya (I Yohanes 2:19), namun sebagian lagi tetap memengang teguh kepercayaannya ( III Yohanes 9), dan sebagian lagi dari anatara mereka ada yang mengaku bahwa mereka diilhami Allah ( I Yohanes 4:1-3). Yang  mejadi pertanyaannya bagaimanakah orang Kristen atau orang percaya mampu melihat dan mengetahui siapa yang benar dan siapa yang salah dalam kontek ini? Dengan latar belakang ini dapat melihat dengan lebih jelas lagi maksud dan tuijuan surat ini ditulis.

Yesus Kristus Sebagai Anak Allah
                  Frase yang mengatakan “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak” (I Yohanes 2:22), melalui pernyataan ini dapat dilihat bahwa yang munsuh yang dihadapi tidak hanya menyangkal Yesus saja dengan mengatakan bahwa Dia bukanlah Kristus, melinkan juga meyangkal Bapa, sebab memandang Allah bukan sebagai Pribadi yang mengutus AnakNya untuk menjadi juru selamat manusia.
                  Menyangkal Yesus Kristus itu dari Allah atau Anak Allah berarti menolak Allah yang telah mengasihi manusia. Hal ini begitu fundamental sehingga orang-orang yang tidak percaya akan keberadaanNya demikian dikatakan oleh Rasul Yohanes dalam II Yohanes 7 “adalah si penyesat dan antikristus”, “sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barang siapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa” (I Yohanes 2:23), dengan kata lain bahwa Bapa dan Anak itu tidak dapat dipisahkan, merupakan suatu kesatuan yang utuh. Tidak mengakui Yesus berarti tidak termasuk anggota umat Allah, melainkan termasuk golongan antikristus (I Yohanes 4:3), dengan demikian seseorang perlu mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah (I Yohanes 5:5), dan percaya kepada namaNya (I Yohanes 3:23), seperti FirmanNya yang tertulis “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (I Yohanes 5:13).
                  Penggunaan kata “kematian” dan “hidup” di dalam I Yohanes 5: 16-17ini adalah kata-kata yang biasa digunakan Rasul Yohanes. Ketika Yohanes melihat di dalam Injil atau pun di dalam ketiga suratnya ataupun dalam Kitab Wahyu, Yohanes selalu menggunakan kata ‘thanatos’ untuk mengacu kepada kematian kekal dan ia menggunakan kata ‘zoe’ yang mengacu pada kehidupan kekal. Oleh sebab itu, berhubungan dengan melakukan dosa yang mendatangkan maut Yohanes berkata, “Tentang itu kukatakan bahwa ia harus berdoa.” Karena ini berhubungan dengan penghukuman kekal yaitu dosa yang tidak dapat diampuni.
                  Alkitab berkata bahwa bagi Allah satu hari sama dengan seribu tahun dan seribu tahun sama dengan satu hari ( II Petrus 3:8), dan sungguh di dalam Alkitab tidak pernah tercatat bahwa ada orang entah itu Adam atau pun Metusalah atau orang lain yang pernah hidup selama “satu hari” bagi Tuhan. Jadi kata ‘thanathosatau kematian ini mengacu baik kepada kematian fisikal maupun kepada kematian rohani.
                  Ketika manusia menyangkal Bapa mungkin ia dapat diselamatkan oleh Anak, dan jika manusia menentang Anak mungkin ia dapat datang mengenal Allah melalui Roh Kudus, namun ketika manusia menolak Roh Kudus tidak ada pengampunan bagi-Nya, ia akan terhilang untuk selama-lamanya.

Yesus Kristus Sebagai Pendamai
                  Terdapat hal yang sangat penting berkenaan dengan peran Yesus Kristus dalam surat I Yohanes yaitu Dia sebagai pendamai, dikatakan dalam I Yohanes 1:7 jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” Sangat jelas sekali bahwa melaui kematian Yesus Kristus sesorang diselamatkan.
Berbicara mengenai pendamaian, perlu dimengerti makna sebenarnya, istilah pendamaian ini diterjemahkan  dari kata “katallage” yang beraswal dari kata kerja “katallaso” secara normal diterjemahkan ‘penyesuaian’ perbedaan yang menimbulkan permunsuhan antara dua pihak dengan menggunakan alat penukar tertentu.[2] Pengertian ini lebih mudah dimengerti denganmakana teologisnya, yang mana karena pertobatan seseorang dari dosa-dosanya dan memiliki iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi, maka peseteruan antara manusia dengan Allah dihancurkan, dan juga setelah itu akan terjadi perbaharuan hubungan atau ststus antara kedua belah pihak, dari seteru menjadi sekutu Allah, hal ini juga diungkapakan dalam Roma 5: 10-11.
Chris Marantika dalam bukunya Soteriologi & spiritual Life berpendapat bahwa konsep pembenaran sendiri jikalau dilihat lebih dalam memiliki dua sisi, yaitu sisi aktif serta obyektif dan sisi pasif serta subyektif.[3] Sedangka pembenaran sendiri pada dasarnya dibuktikan dengan kesucian hidup orang “Sebab Siapa yang telah mati (harafiah: dibenarkan), ia telah bebas dari dosa” (Roma 6:7). Dengan kata lain bahwa orang percaya sudah dibebaskan dari dosa, sehingga dosa tidak lagi menguasai diri orang percaya. Namum perlu diingat bahwa Erickson dalam bukunya Teologi Kristen berpendapat bahwa Iman bukan merupakan penyebab keselamatan seseorang, melainkan adalah saran peyalurnya kepada masnusia.[4] Iman sendiri harus mempunyai isi; harus ada kepecayaan atau keyakinan akan Allah, memiliki iman kepad Kristus untuk keselamatan berarti memiliki keyakinan bahwa Ia dapat menghilangkan kesalahan dosa dan mengaruniakan hidup kekal.[5] Dalam I Yohanes 3:16 dikatakan “demikian kita ketahui kasih Kristus yaitu bahwa Ia telah meyerahkan nyawaNya untuk (huper) kita”. Hal ini juga dapat menunjuk keda suatu tindakan penggantian.[6]
Dalam 1 Yohanes 3:1-2, dan ayat 10, menyatakan pemahaman baru, dimana melalui perbuatan Allah (pendamaian) yang mengizinkan orang percaya masuk kedalam keluarga surgawi, dan juga ada beberapa ayat yang meyatakan bahwa “lahir dari Allah” (I Yohanes 3:9; 4:7; 5:1, 4, 18). Dalam pandangan ini mengingat akan ajaran mengenai kelahiran baru dalam Yohanes pasal 3, orang percaya yang telah diubahkan dapat berdiri di hadirat Tuhan Allah yang hidup yang Mahatinggi dengan sendirinya karena telah diubahkan oleh Tuhan: “Sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah (Yoh 3:3). Dengan demikian orang yang percaya telah diubahkan oleh Tuhan sendiri, kehidupannya, jiwa, dan hatinya telah diubahkan, telah dilahirkan kembali oleh Tuhan. Hanya itulah yang membuat seseorang dapat diperkenankan Tuhan dan dapat melihat wajah Allah.
Jadi dapat diketahui bahwa orang yang pecaya kepada Allah adalah anak-anak yang patut dimurkai oleh Allah yang mati dalam pelanggaran dan dosa-dosanya dan untuk menghidupkan kita Allah harus melakukan sesuatu. Allah harus mengubah posisi seseorang, Ia harus melahirkan kembali an Ia harus meregenerasi orang percaya. Seperti tertulis dalam Alkitab “Sebab oleh karena kasih karunia kamu diselamatkan karena iman, itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). Kemudian perhatikan kalimat berikutnya “karena kita ini buatan Allah diciptakan dalam Kristus Yesus. Orang yang percaya kepda Kristus adalah buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus. Jika manusia mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri, ia menghadapi keputusasaan yang tiada batas. Allah lah yang dapat melakukan semuanya itu.

Yesus Kristus Sebagai Pengantara Orang Percaya kepada Bapa.
                  Selain dari pada itu, peranan Yesus Kristus adalah pengantara orang percaya kepada Bapa (I Yohanes 2:1) “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorangpengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil,” Dialah yang membela seseorang yang sudah percaya ketika berdosa, Dialah “pendamai untuk segala dosa kita” (ayat 2), bukan hanya itu dikatakan lagi dalam (I Yohanes 4:10) bahwa Allah “telah mengasihi kita dna yang telah megutus AnakNya sebagai pendamai bagi dosa-dosa kita.”
                  Melihat frase ini penulis surat ini (Yohanes) memiliki maksud tersendiri, hgal ini berkaiatan dengan murka Allah, yang ditujukan kepada orang-orang berdosa, dan bahwa kematian Kristus merupakan sarana untuk memalingkan murka tersebut. Dengan alasan itu maka Yesus Kristus meyatakan diriNya seperti diungkapkan dalam I Yohanes 3:5 “Supaya Ia menghapus segala dosa”. Pengantara dalam hal ini juga berhubungan dengan persekutuan orang percaya dan Allah, baik melalui pencegahan dosa terhadap Allah. pada pihak Allah penyesuaian itu terjadi seketika itu juga, pada pihak manusia tergantunng dari pengakuan (I Yohanes 1:5-2:2). Hasil dari pengantara ini memberikan keyakinan kepada orang percaya akan jaminan didalam Kristus, pengharapan bagi keselamatan kekal, perlindungan dari bahaya-bahaya secara rohani dan fisik dalam kehidupan dan jaminan akan penyucian akhir.[7]

Yesus Kristus Sebagai Juru Selamat Dunia
                  Kristus Yesus juga sebagai “Juru Selamat Dunia” dalam I Yohanes 4:42 mengungkapkan “Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.”, melalui pernyataan ini bukan berarti bahwa dengan adanya Juru Selamat dunia pada akhrirnya semua orang akan diselamatkan, namum mengandung pengertian yang luas bahwa keselamatan juga tidak hanya mencakup sekelompok orang saja (misalnya bangsa Yahudi), namum keselamatan itu cukup untuk kebutuhan semua bangsa sampai diujung bumi.
                  Dengan landasan ini maka Yesus Kristus sendiri berperan  dalam meyelamatkan masnusia dari lumpur dosa, yang pada dasarnya Iblis yang bekuasa atas dosa itu sendiri (I Yohanes 3:8). Jikalau melihat pengorbanan Allah seperti dituliskan dalam surat I Yohanes 5:11 “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.” nats Firman Tuhan ini memberikan suatu jaminan pada seseorang yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus, dimana seseorang yang memilki Anak, maka ia juga memiliki hidup; jikalau dilihat dari sudut pandang yang lain bahwa seluruh pengharapan sebagi orang yang percaya akan keselamatan bertumpu pada Yesus Kristus dan apa yang telah Dia kerjakan bagi manusia begitu luar biasa.

Yesus Kristus Menghapus Dosa Manusia
                  Dalam konteks ini Rasul Yohanes juga berbicara mengenai pengampunan, “kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” dan “ku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya.” (I Yohanes 1:9 dan 2: 12). Yesus Kritus sendiri yang memberikan pengampunan atas segala dosa-dosa manusia bahkan melalui pengorbananNya menyucikan manusia dari segala kejahatan yang pada dasarnya ada didalam dunia ini.
                  Begitu penting sekali ketika Yesus menghapuskan dosa manusia, sebab dapat diketahui bahwa semua orang telah berdosa (I Yohanes 1:8-10). Sedikit melihat refrensi dari Perjanjian Lama, dimana jikalau melihat frase yang memberikan pernyataan; Sejauh Timur dari barat demikian Allah telah memindahkan dosa-dosa kita dari diri kita. Dalam Yesaya 44 nabi ini berkata bahwa “Allah telah menghapuskan segala dosa pemberontakanmu seperti kabut yang diterbangkan angin dan sekarang dosamu seperti awan yang tertiup.” Dan dalam pasal 44 ini nabi besar ini juga berkata, “Dan setelah dosamu seperti awan yang tertiup kembalilah kepada-Ku sebab Aku telah menebus engkau!” Hosea berkata, “Roh Allah telah melemparkan dosa-dosamu ke dalam samudera.”
                  Segala sesuatu yang telah dikerjakan Allah terhadapa manusia berjalan berdasarkan keyataan bahwa mereka adalah orang yang berdosa. Sejak berabad-abad yang lalau dapat diketahui bahwa Allah telah mengutus para nabiNya untuk memberitahukan kepada manusia untuk berpaling dari dosa, dan puncak dari itu adalah  kedatangan Anak Allah untuk menghapus segala dosa. Dalam I Yohanes 3: 4 dijelaskan bahwa dosa itu ialah pelanggaran hukum, dosa itu berarti menolak untuk taat kepada hukum Allah dan mengikuti kehendaknya sendiri. Dosa itu dilihat sebagai suatu hal yang sangat mengerikan, jikalau dilihat dlaam latar belakang kasih Allah yang dengan jelas ditunjukkan dalam surat Yohanes ini.  Dosa pada hakekatnya mementingkan kehendak manusia itu sendiri, dnaa mencari kentungan diri sendiri , ini merupakan seseuatu hal yang sangat mengerikan. Sesungguhnya, “ barang siapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis” (I Yohanes 3:8).
                  Allah menyediakan provisi spiritual bagi semua umat manusia.[8] Inilah apa yang telah Allah lakukan kepada manusia. Ini adalah tujuan Juruselamat itu datang ke dunia, yaitu agar Ia menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka. Dan inilah apa yang Yesus Kristus telah lakukan bagi manusia.

KEHIDUPAN KEKRISTENAN SETELAH MEMPEROLEH KESELAMATAN 
                  Kehidupan kekeristenan sendiri pada dasarnya sifatnya dengan sepenuh hati. Hidup Kristen artinya sangat erat dengan menolak dosa secara total, sebagi man diungkapkan dalam I Yohanes 3:6 “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.” Hal ini samahalnya dengan ungkapan “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah” (ayat 9).

Hidup dalam Kasih
                  Kata kasih dalam konteks pembahwasan ini mendapat perhatian khusus, karena pemakaian kata “agape” muncul sebanyak 21 kali dalam surat-surat ini; kata “agapaoo” sebanyak 31 kali; dan kata “agapetos” sebanyak 10 kali.  Nats Alkitab dalam surat Yohanes yang paling penting dalam hal ini adalah I Yohanes 4:10 “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” bukan hanya itu dalam I Yohanes 3:16 dikatakan “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” Frase ini menunjukkan bahwa kasih itu menjadi hal yang paling central, Kasih Allah terhadap manusia, baik juga respon manusia untuk mengasihi Allah karena Ia terlebih dahulu mengasihi manusia.
                  Yang menjadi dasar atau latar belakang adanya pernyataan bahwa “Allah adalah kasih” (I Yohanes 4:8, 16). Allah mengasihi manusia karena memang sudah menjadi bagianNya unruk mengasihi, bukan karena adanya daya tarik manusia yang mendorong kasihNya atau karena perbuatan-perbuatan manusia yang memikat hati Allah. sebagaimana dapat diketahui , bahwa manusia pada hakekatnya adalah orang yang berdosa dan karenanya tidak menarik untuk Allah. Allah mengasihi manusia, bukan karena sifat manusia, melainkan kodrat diriNya. Sebagai manusia tidak akan dapat mampu memahami arti kasih, jikalau bertitik tolak dari pihak manusia saja, namun perlu bertitik tolak dari salib, dimana dapat melihat kasih Allah, kepada orang-orang yang berdosa, yakni orang-orang yang kalau tidak ada tindakan pendamaian oleh Yesus Kristus, hanya akan mengalami murka Allah sebagai hukuman atas segala dosa-dosanya.
                  Jadi, pada dasarnya kasih manusia kepada Allah itu merupakan tanggapan terhadap kasih Allah kepada manusia, seperti yang diungkapakan dalam I Yohanes 4:19 “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita,” Sedangkan dalam ayat 7 memberikan penegasan kalau “kasih itu berasal dari Allah.”
                  Seseorang yang sudah dilahirkan baru dengan sendirinya akan memiliki kemampuan untuk menjadi orang yang mengasihi, mengasihi dalam hal ini ilah secara universal, karena semua orang ialah sasaran kasih Allah. Mereka mengasihi Allah (I Yohanes 4:20-21; 5:5:2), dan mereka juga saling mengasihi (I Yohanes 3:23; 4:7); mereka juga mengasihi saudar-saudara mereka ( I Yohanes 2:10; 3:14; III Yohanes 2). Dengan demikian dapat diketahui bahwa kasih Allah itu “sempurna” dalam diri orang percaya (I Yohanes 4:12). Sekali lagi kasih dannketakutan tidak dapat bersamaan, sebab kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan (I Yohanes 4:17-18).
                  Iman memiliki peranan penting dalam meyelenbggarakan kasih itu, dapat diketahui bahwa iman seseorang mampiu mengalahkan dunia (I Yohanes 5:1-5). Menerima Kristus dengan iman berarti menerima Dia dalam segala kemuliaanNya dan kuasa ajaibNya sebagaimana Dia ada.[9] Dan itulah kuasa yang mengalahkan dunia. Dengan itulah orang percaya bertindak dalam iman sehari-hari samapai dengan kemenangan daripada Tuhan.

Orang Beriman Telah Pindah dari Dalam Maut Kedalam Hidup
                  Dalam surat I Yohanes 3:14, memberikan pernyataan yang sangat indah dimana “Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.” Dimana demikian seseorang yang percaya akan memiliki hidup yang kekal (I Yohanes 1:2; 2:17; 5:11), yang paling ditekankan ialah dengan gagasan mengenai kata “tinggal” (menggunakan kata kerja meno dipakai sebanyak 27 kali,) kata ini sendiri dipakai untuk tinggal didalam Allah (I Yohanes 2:6; 3:6), tetapi bisa juga untuk tinggal didalam terang (I Yohanes 2:10), tinggal dalam Anak dan dalam Bapa (I Yohanes 2:24), dan tinggal dalam ajaranNya (II Yohanes 9). Selai pengertian itu, didalam diri orang percaya bisa tinggal Firman Allah (I Yohanes 2:24), atau tinggal pengurapan (I Yohanes 2:27), atau hidup (I Yohanes 3: 17), atau kebenaran (II Yohanes 2). Allah juga memberikan jaminan dari karyaNya, dimana Allah secara terus menjadi pembela dalam pengadilan Allah  (I Yohanes 2:1). Dasar dari jaminan untuk keselamatan ini terletak pada manusia, tetapi pada Allah, jaminan bagi oarang percaya berdasar pada pekerjaan Bapa, Putra dan Roh Kudus.[10] Dan yang paling terakhir ialah Allah tinggal didalam diri orang percaya (I Yohanes 3:24; 4:12).

Hidup Kristen sebagai penyangkalan Dunia
                  Hidup kristen, atau kehidupan orang yang sudah percaya bisa dipandang sebagai wujud penyangkalan “dunia”. Namun istilah yang dipakai ini bersifat netral (I Yohanes 2:2; 4: 9), namun istilah ini lebih mengacu pada pengertian dunia yang melawan Allah dan umat Allah. Dunia dalam arti ini tidak mengenal Kristus dan tidak megenal anak-anak Allah (I Yohanes 3:1). Jikalau melihat relialita pada saat ini dunia ini membenci umat Allah, sepeti yang tersirat dalam I Yohanes 3:1. Dengan demikian tidaklah mengherankan jikalau dunia ini dikaitkan dengan nabi-nabi palsu, antikristus, dan para peyesat ( I Yohanes 4:1, 3; II Yohanes 7), pada dasarnya dunia dalam kuasa si jahat (I Yohanes 5:19).
                  Jelas sekali ditekankan dalam I Yohanes 2:15 bahwa sebagai orang percaya ytidak boleh mengasihi dunia atau segala sesuatu yang ada didalamnya. Namun Allah sendiri mengsihi dunia, seperti dikemukakan dalam Yohanes 3:16, tetapi untuk memperjelas, yang dimaksudkan dengan dunia disini bukanlah “keduniawian”. Dunia yang dimaksudkan disini berarti manusia yang ada didunia ini; Allah mengasihi mereka sehingga mengutus AnakNya untuk mejadi Juru Sleamat Manusia.
                  Dalam I Yohanes 2:15, dikatakan “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” Hal ini memiliki arti seseorang yang sudah percaya akan Allah tidak boleh mengarahkan kasihnya kepada dunia sekarang ini, tidak boleh meyibukkan diri dengan perkara-perkara duniawi. Penekanan kepada kehidupan murni dan khusus berlandaskan pada kenyataan bahwa kita adalah umat Allah, hubungan seseorang degan Allah dan perilakunya meuntut bahwa memiliki cara hidup yang berbeda dengan dunia.[11] Rasul Yohanes memberikan peringatan kepada seseorang terhadap dangkalnya keduniawian itu dan sifatnya yang begitu fana (I Yohanes 2:16-17). Segala sesuatu yang berhubungan dengan Injil sejati senantiasa terbuka, tidak sembunyi-sembunyi. Kebenaran sejati adalah terang yang menyinari segala sesuatu.[12]










DAFTAR PUSTAKA
Baxter, J Sidlow Menggali Isi Alkita. Jakarta:YKBK. 2008. jil 4 Roma-Wahyu..
Chapman,Adina Pengantar Perjanjian Baru. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2004.

Enss, Paul The Moody Handbook Of Teology. Malang: Literatur Saat, 2010. Jil 1
Erickson, Millard J. Teologi Kristen. Malang: Gandum Mas. 2004. Vol. 3.
Guthri, Donald Teologi Perjanjian Baru,diterjemahkan oleh: Jan S. Aritonang. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001.

Marantika, Chris Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani. Yogyakarta: Iman Press. 2007

Morris, Leon Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. 2006.
Ryrie, Charles C. Teologi Dasar. Yogyakarta: Andi Offset. 2010.
Walvoord, John F. Yesus Kristus Tuhan Kita. Surabaya: Yakin. tt.



[1]Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas. 2006), 399.
[2]Chris Marantika, Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani,  (Yogyakarta: Iman Press. 2007), 100.
[3]Ibid.

[4]Millard J. Erickson, Teologi Kristen, (Malang: Gandum Mas. 2004), Vol. 3, 180.

[5]Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, (Yogyakarta: Andi Offset. 2010),86.

[6]Donald Guthri, Teologi Perjanjian Baru,pen., Jan S. Aritonang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001), 96.
[7]John F. Walvoord, Yesus Kristus Tuhan Kita,(Surabaya: Yakin. tt), 235.
[8]Paul Enss, The Moody Handbook Of Teology, (Malang: Literatur Saat, 2010),Jil 1. 413
[9]Adina Chapman,  Pengantar Perjanjian Baru, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2004), 158.
[10]Paul Enss, The Moody Handbook Of Teology, (Malang: Literatur Saat, 2010),Jil 1. 423.
[11]Millard J. Erickson, Teologi Kristen, (Malang: Gandum Mas. 2004), Vol. 3, 208.

[12]J Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkita, (Jakarta:YKBK. 2008), jil 4 Roma-Wahyu, 225.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar